Bisakah Manusia Mencapai Keabadian?

Bisakah Manusia Mencapai Keabadian

Bisakah manusia mencapai keabadian? Tidak ada yang tidak mungkin kalau menyangkut soal teknologi. Tapi ada dilema moral yang membuat kita ragu apakah perlu membuat manusia hidup sedemikian lama. Tidak semua orang ingin hidup abadi, salah satu alasannya adalah karena semasih hidup kita tidak akan pernah lepas dari masalah dan ujian. Kehidupan yang kekal bisa membuat seseorang mudah putus asa dan pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup. Ini bisa secara langsung berdampak pada stigma terkait euthanasia.

Selama ini orang beranggapan bahwa euthanasia merupakan praktek yang tidak manusiawi, sebab ini sama saja dengan mendorong orang melakukan bunuh diri. Tapi dalam prakteknya, euthanasia punya berbagai kegunaan. Pasien yang sudah dalam tahap akhir sebuah penyakit atau koma terlalu lama merupakan subjek yang ideal untuk praktek ini. Dokter tahu kapan seseorang berada di dalam tahap akhir penyakit sehingga peluang untuk sembuh sudah sangat kecil. Di tahap ini juga biasanya pasien mengalami rasa sakit yang luar biasa dan obat yang diberikan umumnya sudah dalam batas maksimal.

Maka dari itu, banyak yang berargumen bahwa tidak apa-apa membantu pasien terminal untuk melakukan euthanasia daripada membiarkan mereka berlama-lama merasakan sakit. Hidup lama masih lebih mungkin daripada mencapai keabadian. Usia harapan hidup rata-rata secara umum sudah meningkat, seperti Amerika yang sudah menyentuh angka 77,6 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa tikus yang asupan kalorinya dikurangi 40 persen bisa meningkatkan harapan hidupnya sebesar 40%.

Pola makan memegang peran penting dalam menjaga kesehatan kita. Penyakit jantung, kanker, dan diabetes merupakan pembunuh utama dan semuanya berkaitan dengan pola makan. Jika ingin hidup lebih lama, maka asupan kalori sebaiknya dibatasi perharinya. Jika terus mengalami surplus, berat badan akan meningkat dan bisa meningkatkan resiko berbagai penyakit. Hidup lama tidak sama dengan hidup kekal. Lalu, apa saja dampak yang ditimbulkan jika banyak dari populasi dunia hidup abadi?

Dampak lingkungan

Salah satu dampak terbesar adalah pada lingkungan. Kematian merupakan hal yang wajar, begitu pula dengan fase setelahnya, yaitu pembusukan. Pembusukan merupakan salah satu ciri dari ekosistem yang sehat. Jika jumlah organisme yang mati berkurang, ini akan secara langsung mengganggu ekosistem.

Penurunan fungsi tubuh

Makhluk manapun tidak dirancang untuk hidup abadi. Jadi jika kita sampai pada tahap tersebut, maka itu sebenarnya sudah melawan kodrat. Penyakit degeneratif merupakan hal tak terelakkan dalam kehidupan manusia. Seiring dengan bertambahnya usia, orang mudah terserang berbagai penyakit. Itu karena fungsi organ-organ di dalam tubuhnya secara alami mengalami penurunan. Kinerja otak yang menurun akan membuat seseorang mudah pikun dan tidak peka lagi dalam merasakan emosi. Ia juga bisa kehilangan kontrol atas diri sendiri sehingga bergantung kepada orang lain.

Dampak psikis

Banyak dari kita meluangkan waktu untuk berlibur karena ingin lepas dari beban pekerjaan. Orang yang sudah hidup separuh abad pun biasanya ingin menghabiskan waktu dengan traveling karena mereka tahu bahwa mereka hidup tidak lama lagi. Antisipasi terhadap kematian inilah yang membuat kita merasa gugup, sehingga kita berusaha melampiaskannya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Jika seandainya ilmuwan berhasil membuat manusia hidup abadi, maka semua antisipasi tersebut tidak lagi bermakna. Bayangkan jika kita bisa hidup abadi, maka fase-fase yang kita biasanya lewati dalam hidup tidak lagi sama. Kita tidak akan pernah berada dalam kondisi emosional saat memikirkan tentang kematian. Dan ini akan secara langsung berdampak pada kualitas hidup. Jadi, bisakah manusia mencapai keabadian? Bisa saja, tapi akan ada banyak hal negatif yang muncul jika kita berhasil merealisasikannya.

Last Updated on November 14, 2023

This entry was posted in Technology and tagged , . Bookmark the permalink.

Comments are closed.