Bukan hanya anda saja, tapi banyak orang lain juga menunggu penyempurnaan teknologi Augmented Reality. Ini merupakan sebuah teknologi yang menggabungkan antara konten virtual dengan dunia nyata. Augmented Reality tidak sama dengan Virtual Reality ada kemiripan diantara keduanya. Pada realitas virtual, ada lingkungan yang terisolasi, meskipun tampilannya sendiri terlihat sangat nyata karena memakai grafis 3 dimensi. Salah satu pengaplikasian Augmented Reality adalah Pokémon Go. Game yang pernah menarik perhatian dunia ini merupakan satu langkah menuju Augmented Reality yang sesungguhnya.
Teknologi ini akan mengubah cara komputer berinteraksi dengan dunia nyata. Pengaplikasiannya bisa meluas hingga ke sektor gaming, edukasi, hiburan, dan yang lainnya. Ini merupakan benefit jangka panjang yang bisa diberikan oleh AR. Saat ini pasar sudah dibanjiri oleh perangkat realitas virtual dari berbagai perusahaan, namun untuk headset Augmented Reality, perlu penyempurnaan lebih lanjut agar bisa bersaing. Tidak hanya soal visual saja, tapi perangkat juga perlu memberikan nilai lebih kepada penggunanya.
Beberapa perusahaan seperti Google dan Warner Bros sudah berinvestasi dalam jumlah besar untuk pengembangan perangkat serupa. Saat ini konsumen belum memiliki banyak pilihan produk. Memang ada beberapa seperti Microsoft Hololens, tapi harganya masih sangat tinggi, yaitu sekitar $3.000. Bukan hanya itu saja, tapi ketersediaan aplikasi juga masih kurang. Hal ini bisa dipahami sebab teknologi yang baru dikembangkan biasanya memang minim fitur. Tapi seiring bertambahnya perangkat AR, developer akan semakin tertarik untuk membuat aplikasi yang relevan. Kendala lainnya adalah soal ukuran. Kebanyakan dari kita ingin perangkat AR yang bisa dipakai kemana-mana.
Rata-rata headset dengan teknologi AR saat ini punya ukuran lumayan besar, sehingga akan merepotkan ketika ingin dibawa kemana-mana. Memang tampilannya sudah futuristik, tapi apalah arti tampilan manakala fitur utama yang kita butuhkan belum ada. Memakai headset AR berukuran besar berlama-lama hanya akan membuat leher terasa pegal. Kita masih dalam tahap pengembangan berbagai aspek dari AR itu sendiri. Teknologi memang sudah maju, tapi khusus yang satu ini, masih ada banyak yang inovasi yang dibutuhkan. Bayangkan saja, kacamata selama ini identik dengan fungsinya untuk mempertajam penglihatan. Tapi dengan teknologi AR, kacamata akan berubah fungsi untuk menampilkan informasi layaknya layar TV.
Ide tersebut memang keren, namun untuk sampai ke sana butuh proses. Ingatlah bahwa ketika teknologi ini berhasil direalisasikan, berbagai bidang lain seperti periklanan, media sosial, gaming, akan melakukan penyesuaian. Ini merupakan platform baru bagi mereka untuk berpromosi. Mata kita punya cara kerja tersendiri. Kita tidak bisa begitu saja memakai layar biasa untuk perangkat AR sebab mata bisa terasa pegal jika dijejali intensitas cahaya berlebihan.
Google pernah memperkenalkan versi beta dari gadget ar mereka. Tapi headset tersebut menuai banyak kritikan, salah satunya adalah karena tampilannya yang geeky. Alat tersebut dihentikan produksinya sekitar tahun 2015 silam, tapi nampaknya usaha untuk membuat kacamata sci-fi seperti ini tidak berhenti begitu saja. Beberapa perusahaan lain mulai mengekor di belakang untuk membuat headset AR yang lebih baik dari versi-versi yang ada sebelumnya.
Salah satu yang cukup menyita perhatian adalah kacamata AR dari But Vuzix. Modelnya sangat stylish, sehingga terlihat keren saat dipakai kemana-mana. Konsumen sangat ketat soal selera, jadi perusahaan perlu memutar otak untuk menciptakan alat yang tidak hanya berteknologi canggih, tapi juga keren dipakai. Kacamata Vuzix Blade rencananya dibandrol dengan harga $500, dirilis pada tahun ini. Kacamata AR membuka peluang bagi kita untuk mengkoneksikan teknologi dan dunia nyata.